PENGANTAR
PENERJEMAH
Segala puji dan
syukur bagi Allah Rabb alam semesta. Shalawat dan
salam semoga
senantiasa tercurah kepada junjungan dan tauladan kita,
Muhammad
Rasulullah, keluarga, dan para shahabatnya. Wa Ba'du.
Jika kita
membaca buku-buku self-help, buku-buku petunjuk cara hidup,
nuansa yang akan
kita dapatkan dalam buku-buku itu adalah bagaimana kita
mencapai
kesuksesan dunia, atau lebih tepatnya kesuksesan materiil. Hal ini
banyak kita
dapatkan dalam buku-buku yang ditulis oleh para penulis barat
yang memang
hanya berorientasi pada materi semata.
Coba baca
buku-buku yang dianggap sangat berpengaruh dan menjadi
best seller
semisal, The Magic of Thinking Big, karya David J. Schwart, How to
Stop Worrying
and Start Living, karya Dale Carnegie, Speech Can Change Your
Life, karya
Dorothy Sarnoff ataupun buku The Seven Habits of Highly Effective
People, tulisan
Steven R. Covey, Anda akan dapatkan petunjuk-petunjuk.
praktis ke arah
kebahagiaan yang lebih cenderung duniawi daripada ukhrawi.
Allah dan
akhirat tidak menjadi bagian paling penting dalam kajian-kajian
mereka. Di
sinilah, menurut orang-orang yang beriman, letak kekurangannya
meski
karya-karya mereka enak dibaca. Sisi kerohaniannya terasa begitu kering.
Berbeda tatkala
kita membaca buku La Tahzan yang ditulis oleh Dr. Aid
al-Qarni. Buku
ini sangat padat dengan nuansa rabbani tanpa
mengesampingkan
sisi-sisi duniawi. Kita seakan diajak untuk menatap dunia
ini dengan
pandangan yang seimbang: Kita diajak untuk menjadi idealis dengan
tetap realistis,
menjadi duniawi dan ukhrawi sekaligus, mempersiapkan
kehidupan masa
kini namun tak lupa masa depan, diajak bekerja dengan
keras dan diajak
pula beristirahat.
Tulisan dalam
buku ini merupakan resep-resep manjur, yang
menunjukkan
kepada kita bagaimana harus meniti jalan kehidupan dan
membangun
kehidupan yang bahagia dengan berpedoman pada satu kata: La
Tahzan, jangan
bersedih. Dengan kata kunci ini kita akan dapat menjalani
kehidupan ini
dengan penuh semangat. Kita tidak akan pernah dirisaukan
oleh masa lalu
yang telah lewat dan tidak pula dicemaskan oleh masa depan
yang akan
datang. Kita akan menjadi manusia masa kini yang bekerja pada
La Tahzan i x
hari ini dengan
mencurahkan segenap kekuatan dan pikiran yang ada dengan
keyakinan bahwa
hasil akhirnya kita serahkan kepada Allah. Dunia ini akan
menjadi sangat
indah jika kita menikmatinya dengan senyuman, bukan dengan
muram durja
serta kesedihan yang berlarut-larut. Ketika membaca buku ini
dengan seksama
kita akan merasa bahwa jiwa, kalbu, nurani, dan pikiran kita
tercerahkan, dan
pada saat yang bersamaan kita merasakan adanya
peningkatakan
kualitas kehidupan ini. Selanjutnya, akan lahir dari diri kita
simpati dan
empati kepada orang lain, rasa peduli kepada sesama dan, yang
lebih penting,
kedekatan dengan Sang Maha Pencipta.
Ketika membaca
buku ini kita seakan diingatkan kepada buku How to
Stop Worrying
and Start Living, karya Dale Carnegie dan buku Jaddid Hayataka
karya Muhammad
al-Ghazali. Namun berbeda dengan keduanya, La Tahzan
lebih terfokus,
sederhana dan praktis untuk kita jadikan panduan dalam
kehidupan kita.
Bahasan-bahasannya
tidak terlalu panjang, penuh hikmah dan selalu
memberi waqfah
(rehat) untuk merenung sebelum kita membaca tulisan
selanjutnya. Inilah
kekhasan buku ini yang akan memberikan warna baru
dalam khazanah
keilmuan kita. Dan, yang sangat penting untuk tidak kita
lewatkan adalah
bagian akhir dari tulisan ini yang merupakan kesimpulan
dari
tulisan-tulisan sebelumnya. Pada bagian ini kita akan disegarkan dengan
kata-kata dengan
gaya bahasa nash yang menjadi saripati dari tulisan-tulisan
sebelumnya.
Kata-kata hikmah ini akan menjadi resep instan agar kita menjadi
manusia paling
bahagia di dunia dan akhirat.
Tidak semua
syair yang ada dalam buku ini saya terjemahkan. Ini sengaja
saya lakukan
jika dalam satu bahasan ada beberapa syair yang saya anggap
telah cukup
mewakili syair-syair yang lain, di samping pertimbangan bahwa
syair yang saya
terjemahkan adalah syair yang mungkin akan lebih indah
penerjemahannya
dari syair yang lain. Namun saya yakin bahwa tidak
diterjemahkannya
sebagian syair-syair itu sama sekali tidak akan mengurangi
maksud, nilai
dan bobot buku ini.
Dalam
penerjemahan ini saya sengaja mencantumkan surat dan nomor
ayat—satu hal
yang tidak diinginkan dan tidak dilakukan penulis—dengan
harapan akan
mempermudah pembaca dalam merujuk pada ayat-ayat yang
ada di dalam
al-Qur'an, terutama kalangan pembaca Indonesia.
Saya merasa
mendapat amanah dan kehormatan ketika Qisthi Press
memberikan
kepercayaan kepada saya untuk menerjemahkan buku yang sangat
berharga dan
mencerahkan ini. Banyak hal baru yang saya dapatkan dari
menerjemahkan
buku ini. Banyak pelajaran yang saya petik dari kisah-kisah
x La Tahzan
penuh hikmah,
resep-resep dan panduan hidup dalam buku ini. Semakin sering
saya membaca
buku ini semakin tinggi apresiasi saya terhadap makna hidup
dan kehidupan
ini. Saya yakin bahwa pengalaman yang sama juga akan dialami
oleh pembaca
buku ini, sebuah pengalaman yang dialami oleh penulis dan
penerjemahnya.
Ucapan terima
kasih juga saya haturkan pada ayahanda H. Abdur
Rahman dan
ibunda Zakiya karena berkat dorongan dan doanya penerjemahan
buku ini bisa
selesai. Ucapan terima kasih juga saya ucapkan pada isteri saya,
Ita Maulidha,
karena berkat bantuannya penerjemahan buku ini bisa rampung.
Hasil terjemahan
buku ini saya hadiahkan untuk adik saya, Farah Maisarah,
dan anak saya,
Fursan Ruhbani serta Fathiril Haq.
Ucapan terima
kasih yang sedalam-dalamnya saya ucapkan pada saudara
Rusdi Mahdami,
direktur Qisthi Press, yang telah memberi kepercayaan kepada
saya untuk
menerjemahkan buku yang sangat berharga ini.
Saya berharap
buku ini akan menjadi panduan singkat dan tepat dalam
menyikapi hidup
ini, dan demi meniti kesuksesan di akhirat nanti.
Rangkasbitung,
Juli 2003
Samson Rahman
La Tahzan xi
PENGANTAR
PENULIS
Segala puji bagi
Allah, Tuhan semesta alam. Shalawat dan salam semoga
tercurah ke
haribaan Rasulullah s.a.w., keluarganya serta para shahabatnya.
Wa Ba'du.
Berikut ini buku
La Tahzan. Semoga Anda senang membacanya dan
dapat mengambil
manfaat darinya. Namun sebelum membaca, telitilah dahulu
buku ini dengan
nalar yang sehat, logika yang jernih dan, di atas itu semua,
dengan ayat-ayat
Allah yang senantiasa terjaga dari kekeliruan.
Tentu saja tak
bijak menilai sesuatu secara terburu-buru sebelum pernah
membayangkan,
merasakan dan menciumnya sendiri. Dan adalah sebuah
kejahatan
terhadap ilmu ; memfatwakan sesuatu secara terburu-buru sebelum
terlebih dahulu
mengkaji akar permasalahannya, mendengar pernyataanpernyataan
tentangnya,
mencari argumen-argumen yang mendasarinya, dan
membaca
dalil-dalil yang berkaitan dengannya.
Saya menulis
buku ini untuk siapa saja yang senantiasa merasa hidup
dalam bayang-bayang
kegelisahan, kesedihan dan kecemasan, atau orang yang
selalu sulit
tidur dikarenakan beban duka dan kegundahan yang semakin berat
menerpa. Dan
tentu saja, siapa di antara kita yang tidak pernah mengalami
semua itu?
Dalam buku ini
saya sengaja menukil ayat-ayat Allah, bait-bait syair,
pengalaman dan
'ibrah, catatan peristiwa dan hikmah, serta pelbagai
perumpamaan dan
kisah-kisah. Dari semua itu, saya sengaja mengambil
kesimpulan dari
orang-orang shaleh sebagai penawar hati yang lara, penghibur
jiwa tercabik,
dan pelipur diri yang sedang dirundung duka cita.
Buku ini akan
mengatakan kepada Anda, "Bergembiralah dan
berbahagialah!"
atau "Optimislah dan tenanglah!" Bahkan, mungkin pula ia
akan berkata,
"Jalani hidup ini apa adanya dengan penuh ketulusan dan
keriangan!"
Buku ini
berusaha meluruskan berbagai kesalahan yang terjadi akibat
penyimpangan
terhadap fitrah saat berinteraksi dengan sunnah-sunnah Allah,
sesama manusia,
benda, waktu dan tempat.
xii La Tahzan
Buku ini
mencegah Anda agar tidak terus-menerus melawan arus
kehidupan,
menentang takdir, mendebat manhaj yang telah digariskan dan
mengingkari
bukti-bukti. Lebih dari itu, buku ini mengajak Anda dari yang
suatu tempat
yang sangat dekat sudut sudut jiwa dan ruh Anda agar senantiasa
tenang menatap
perjalanan masa depan. Buku ini mengajak Anda agar merasa
yakin dengan
semua potensi dalam diri diri Anda dan menyimpan semua
energi positif
yang ada. Buku ini menggiring Anda untuk melupakan tekanan
hidup, sesaknya
perjalanan usia dan beban perjalanan hidup.
Ada beberapa hal
penting dari buku ini yang perlu saya ingatkan sebelum
kita melangkah
lebih jauh. Diantaranya adalah:
Pertama, buku
ini ditulis untuk mendatangkan kebahagiaan, ketenangan,
kedamaian,
kelapangan hati, membuka pintu optimisme dan menyingkirkan
segala kesulitan
demi meraih masa depan yang lebih indah.
Buku ini
merupakan pengetuk hati agar selalu ingat akan rahmat dan
ampunan Allah,
bertawakal dan berbaik sangka kepada-Nya, mengimani
qadha' dan
qadar-Nya, menjalani hidup sesuai apa adanya, melepaskan
kegundahan
tentang masa depan, dan mengingat nikmat Allah.
Kedua, buku ini
mencoba memberikan resep-resep bagaimana mengusir
rasa duka,
cemas, sedih, tertekan, dan putus asa.
Ketiga, saya
berusaha menyertakan dalil-dalil dari al-Qur'an dan hadits
yang sesuai
dengan tema setiap bahasan. Selain itu, tak jarang saya nukilkan
pula pelbagai
permisalan yang bagus, kisah yang penuh 'ibrah dan mengandung
pelajaran
berharga, serta bait-bait syair yang memiliki kekuatan. Dalam banyak
tempat, para
pembaca juga akan menjumpai kutipan-kutipan dari perkataan
para bijak
bestari, dokter dan sastrawan. Demikianlah, semua hal yang ada
dalam buku ini
hanya ingin mengajak Anda untuk senantiasa berbahagia.
Keempat, buku
ini bersifat umum, alias untuk siapa saja. Singkatnya,
untuk kaum
muslim maupun non-muslim. Pasalnya, pembicaraan dalam buku
ini secara umum
adalah berkaitan watak dan sifat naluriah dan persoalanpersoalan
umum kejiwaan
manusia. Namun begitu, buku ini tetap
menempatkan
Manhaj Rabbani sebagai penyuluh. Karena memang manhaj
itulah yang
menjadi agama fitrah kita.
Kelima, dalam
buku ini pembaca tidak akan hanya menjumpai kutipankutipan
pernyataan dari
orang-orang Timur, tetapi juga dari orang Barat.
Namun demikian,
saya berharap tidak ada tudingan negatif terhadap diri saya
berkaitan dengan
hal ini. Karena, bagaimanapun saya yakin bahwa hikmah
itu adalah
laksana barang yang hilang dari kaum muslim. Artinya, maka di
mana pun barang
itu ada masih berhak kita ambil kembali.
La Tahzan xiii
Keenam, saya
sengaja tidak menggunakan catatan kaki dalam buku ini.
Ini tak lebih
hanya untuk meringankan dan memudahkan pembaca. Karena,
dengan begitu
paling tidak buku ini akan menjadi bacaan yang
berkesinambungan
dan memberikan pemahaman yang tidak terpotong-potong.
Dan untuk itu,
setiap referensi dari masing-masing kutipan selalu saya sebut
langsung dalam
setiap paragraph yang menyebutnya.
Ketujuh, dalam
mengutip, saya tidak mencatat nomor halaman dan volume
sumbernya.
Mengapa? Karena hal seperti itu sudah lazim dilakukan oleh
orang-orang
sebelum saya, dan saya mengikuti mereka. Saya kira ini lebih
bermanfaat dan
lebih memudahkan. Kadang kala saya menuliskannya sesuai
dengan teks yang
ada di dalam buku sumbernya, dan kadang kala ada sedikit
penyuntingan
atau penyesuaian dengan pemahaman saya terhadap buku
ataupun artikel
yang pernah saya baca.
Kedelapan, saya
tidak menyusun buku dalam sistematika bab-bab dan
pasal-pasal yang
banyak. Yang saya lakukan adalah menulis dengan gaya yang
sangat variatif.
Adakalanya saya membeberkan beberapa permasalahan dalam
beberapa
paragraf, kemudian saya berpindah dari satu permasalahan ke
permasalahan
lain, dan kembali lagi pada bahasan yang sama setelah beberapa
halaman
pembahasan yang berbeda. Ini saya tujukan agar lebih sedap dibaca,
lebih enak dan
tidak membosankan.
Kesembilan, saya
tidak memberi nomor surat dan ayat serta tidak pernah
menyebutkan
perawi hadits. Meski demikian, bila hadits yang sebutkan itu
lemah, maka saya
selalu mengingatkannya. Adapun bila hadits itu shahih,
maka saya hanya
akan menyebutnya hadits shahih dan kadangkala tak memberi
catatan apapun..
Semua ini saya lakukan agar tulisan ini ringkas, terhindar
dari banyaknya
pengulangan, penjelasan yang bertele-tele, dan tidak
menjemukan.
"Orang yang berpura-pura puas dengan sesuatu yang tidak diberikan
kepadanya
seperti orang yang memakai dua pakaian palsu."
Kesepuluh,
mungkin pembaca melihat ada beberapa pengulangan pada
sejumlah materi.
Meski demikian, saya selalu berusaha mengemasnya dalam
metode dan
struktur pembahasan yang berbeda. Ini memang sengaja saya
lakukan untuk
semakin menguatkan pemahaman kita dengan cara
menyajikannya
lebih sering.
Inilah sepuluh
hal yang perlu saya sampaikan kepada pembaca terlebih
dahulu. Saya
berharap buku ini akan membawa kabar yang benar dan jujur,
adil dalam
memberi penilaian, obyektif dalam ungkapan, meyakinkan dalam
materi-materi
pengetahuan, lurus dalam sudut pandangan dan argumentasi,
dan menjadi
cahaya dalam hati.
La xiv Tahzan
Buku, La Tahzan,
ini, setidaknya, saya tulis untuk konsumsi pribadi saya
sendiri dan
mereka yang bernasib sama dengan saya. Sayalah orang yang
pertama kali
mengambil manfaat dari buku ini. Setiap kali membaca ulang
buku ini, selalu
terasa seakan baru membacanya.
Tidakkah kau
tahu setiap kali kutemui Zainab
Selalu kucium
semerbak wanginya
Setiap kali
merasa tertekan, marah atau sedih, selalu saya katakan pada
diri ini,
"Bukankah Anda penulis buku La Tahzan?" Dan, sesaat setelah itu,
api kemarahan
pun meredup, dan hati saya kembali menjadi tenang.
Demikianlah;
dalam buku ini saya mencoba berbicara kepada dan untuk
semua orang;
bukan untuk segolongan orang, generasi, dan penduduk negeri
tertentu. Buku
ini adalah untuk semua orang, yakni siapa saja yang ingin
hidup bahagia!
Kutanamkan di
dalamnya mutiara, hingga tiba saatnya ia dapat
menyinari tanpa
mentari dan berjalan di malam hari tanpa rembulan
Karena kedua
matanya ibarat sihir dan keningnya laksana pedang
buatan India
Milik Allah-lah
setiap bulu mata, leher dan kulit yang indah mempesona
'Aidh al-Qarni
La Tahzan xv
Ya Allah!
{Semua yang ada
di langit dan di bumi selalu meminta pada-Nya. Setiap waktu
Dia dalam
kesibukan.}
(QS. Ar-Rahman:
29)
Ketika laut
bergemuruh, ombak menggunung, dan angin bertiup
kencang
menerjang, semua penumpang kapal akan panik dan menyeru: "Ya
Allah!"
Ketika seseorang
tersesat di tengah gurun pasir, kendaraan menyimpang
jauh dari
jalurnya, dan para kafilah bingung menentukan arah perjalanannya,
mereka akan
menyeru: "Ya Allah!"
Ketika musibah
menimpa, bencana melanda, dan tragedi terjadi,
mereka yang
tertimpa akan selalu berseru: "Ya Allah!"
Ketika
pintu-pintu permintaan telah tertutup, dan tabir-tabir
permohonan
digeraikan, orang-orang mendesah: "Ya Allah!"
Ketika semua
cara tak mampu menyelesaikan, setiap jalan terasa
menyempit, harapan
terputus, dan semua jalan pintas membuntu, mereka
pun menyeru:
"Ya Allah!"
Ketika bumi
terasa menyempit dikarenakan himpitan persoalan hidup,
dan jiwa serasa
tertekan oleh beban berat kehidupan yang harus Anda pikul,
menyerulah:"Ya
Allah!"
Kuingat Engkau
saat alam begitu gelap
gulita, dan
wajah zaman berlumuran debu hitam
Kusebut nama-Mu
dengan lantang di saat fajar menjelang,
dan fajar pun
merekah seraya menebar senyuman indah
Setiap ucapan
baik, doa yang tulus, rintihan yang jujur, air mata yang
menetes penuh
keikhlasan, dan semua keluhan yang menggundahgulanakan
hati adalah
hanya pantas ditujukan ke hadirat-Nya.
Setiap dini hari
menjelang, tengadahkan kedua telapak tangan,
julurkan lengan
penuh harap, dan arahkan terus tatapan matamu ke arah-
Nya untuk
memohon pertolongan! Ketika lidah bergerak, tak lain hanya
untuk menyebut,
mengingat dan berdzikir dengan nama-Nya. Dengan begitu,
hati akan
tenang, jiwa akan damai, syaraf tak lagi menegang, dan iman
kembali
berkobar-kobar. Demikianlah, dengan selalu menyebut nama-Nya,
keyakinan akan
semakin kokoh. Karena,
{Allah Maha
Lembut terhadap hamba-hamba-Nya.}
(QS. Asy-Syura:
19)
eBook by MR. La
Tahzan
Allah: nama yang
paling bagus, susunan huruf yang paling indah,
ungkapan yang
paling tulus, dan kata yang sangat berharga.
{Apakah kamu
tahu ada seseorang yang sama dengan Dia (yang patut
disembah)?}
(QS. Maryam: 65)
Allah: milik-Nya
semua kekayaan, keabadian, kekuatan, pertolongan,
kemuliaan,
kemampuan, dan hikmah.
{Milik siapakah
kerajaan pada hari ini? Milik Allah Yang Maha Esa lagi Maha
Mengalahkan.}
(QS. Ghafir: 16)
Allah: dari-Nya
semua kasih sayang, perhatian, pertolongan, bantuan,
cinta dan
kebaikan.
{Dan, apa saja
nikmat yang ada pada kamu, maka dari Allah-lab. (datangnya).}
(QS. An-Nahl:
53)
Allah: pemilik
segala keagungan, kemuliaan, kekuatan dan
keperkasaan.
Betapapun
kulukiskan keagungan-Mu dengan deretan huruf,
Kekudusan-Mu
tetap meliputi semua arwah
Engkau tetap
Yang Maha Agung, sedang semua makna,
akan lebur,
mencair, di tengah keagungan-Mu, wahai Rabku
Ya Allah,
gantikanlah kepedihan ini dengan kesenangan, jadikan
kesedihan itu
awal kebahagian, dan sirnakan rasa takut ini menjadi rasa
tentram. Ya
Allah, dinginkan panasnya kalbu dengan salju keyakinan, dan
padamkan bara
jiwa dengan air keimanan.
Wahai Rabb,
anugerahkan pada mata yang tak dapat terpejam ini rasa
kantuk dari-Mu
yang menentramkan. Tuangkan dalam jiwa yang bergolak
ini kedamaian.
Dan, ganjarlah dengan kemenangan yang nyata. Wahai Rabb,
tunjukkanlah
pandangan yang kebingungan ini kepada cahaya-Mu.
Bimbinglah
sesatnya perjalanan ini ke arah jalan-Mu yang lurus. Dan
tuntunlah
orang-orang yang menyimpang dari jalan-Mu merapat ke hidayah-
Mu.
Ya Allah,
sirnakan keraguan terhadap fajar yang pasti datang dan
memancar terang,
dan hancurkan perasaan yang jahat dengan secercah
sinar kebenaran.
Hempaskan semua tipu daya setan dengan bantuan bala
tentara-Mu.
Ya Allah,
sirnakan dari kami rasa sedih dan duka, dan usirlah
kegundahan dari
jiwa kami semua.
La Tahzan
Kami berlindung
kepada-Mu dari setiap rasa takut yang mendera.
Hanya kepada-Mu
kami bersandar dan bertawakal. Hanya kepada-Mu kami
memohon, dan
hanya dari-Mu lah semua pertolongan. Cukuplah Engkau
sebagai
Pelindung kami, karena Engkaulah sebaik-baik Pelindung dan
Penolong.
Pikirkan dan
Syukurilah!
Artinya,
ingatlah setiap nikmat yang Allah anugerahkan kepada Anda.
Karena Dia telah
melipatkan nikmat-Nya dari ujung rambut hingga ke bawah
kedua telapak
kaki.
{Jika kamu
menghitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak akan sanggup
menghitungnya.}
(QS. Ibrahim:
34)
Kesehatan badan,
keamanan negara, sandang pangan, udara dan air,
semuanya tersedia
dalam hidup kita. Namun begitulah, Anda memiliki
dunia, tetapi
tidak pernah menyadarinya. Anda menguasai kehidupan, tetapi
tak pernah
mengetahuinya.
{Dan, Dia
menyempurnakan nikmat-Nya kepadamu lahir dan batin.}
(QS. Luqman: 20)
Anda memiliki
dua mata, satu lidah, dua bibir, dua tangan dan dua
kaki.
{Maka nikmat
Rabb kamu yang manakah yang kamu dustakan?}
(QS. Ar-Rahman:
13)
Apakah Anda
mengira bahwa, berjalan dengan kedua kaki itu sesuatu
yang sepele,
sedang kaki acapkali menjadi bengkak bila digunakan jalan
terus menerus
tiada henti? Apakah Anda mengira bahwa berdiri tegak di
atas kedua betis
itu sesuatu yang mudah, sedang keduanya bisa saja tidak
kuat dan suatu
ketika patah?
Maka sadarilah,
betapa hinanya diri kita manakala tertidur lelap, ketika
sanak saudara di
sekitar Anda masih banyak yang tidak bisa tidur karena
sakit yang
mengganggunya? Pernahkah Anda merasa nista manakala dapat
menyantap
makanan lezat dan minuman dingin saat masih banyak orang di
sekitar Anda
yang tidak bisa makan dan minum karena sakit?
La Tahzan
Coba pikirkan,
betapa besarnya fungsi pendengaran, yang dengannya
Allah menjauhkan
Anda dari ketulian. Coba renungkan dan raba kembali
mata Anda yang
tidak buta. Ingatlah dengan kulit Anda yang terbebas dari
penyakit lepra
dan supak. Dan renungkan betapa dahsyatnya fungsi otak
Anda yang selalu
sehat dan terhindar dari kegilaan yang menghinakan.
Adakah Anda
ingin menukar mata Anda dengan emas sebesar gunung
Uhud, atau
menjual pendengaran Anda seharga perak satu bukit? Apakah
Anda mau membeli
istana-istana yang menjulang tinggi dengan lidah Anda,
hingga Anda
bisu? Maukah Anda menukar kedua tangan Anda dengan
untaian mutiara,
sementara tangan Anda buntung?
Begitulah,
sebenarnya Anda berada dalam kenikmatan tiada tara dan
kesempumaan
tubuh, tetapi Anda tidak menyadarinya. Anda tetap merasa
resah, suntuk,
sedih, dan gelisash, meskipun Anda masih mempunyai nasi
hangat untuk
disantap, air segar untuk diteguk, waktu yang tenang untuk
tidur pulas, dan
kesehatan untuk terus berbuat.
Anda acapkali
memikirkan sesuatu yang tidak ada, sehingga Anda
pun lupa
mensyukuri yang sudah ada. Jiwa Anda mudah terguncang hanya
karena kerugian
materi yang mendera. Padahal, sesungguhnya Anda masih
memegang kunci
kebahagiaan, memiliki jembatan pengantar kebahagian,
karunia,
kenikmatan, dan lain sebagainya. Maka pikirkan semua itu, dan
kemudian
syukurilah!
{Dan, pada
dirimu sendiri. Maka, apakah kamu tidak memperhatikan.}
(QS.
Adz-Dzariyat: 21)
Pikirkan dan
renungkan apa yang ada pada diri, keluarga, rumah,
pekerjaan,
kesehatan, dan apa saja yang tersedia di sekeliling Anda. Dan
janganlah
termasuk golongan
{Mereka
mengetahui nikmat Allah, kemudian mereka mengingkarinya.}
(QS. An-Nahl:
83)
Yang Lalu Biar
Berlalu
Mengingat dan
mengenang masa lalu, kemudian bersedih atas nestapa
dan kegagalan
didalamnya merupakan tindakan bodoh dan gila. Itu, sama
artinya dengan
membunuh semangat, memupuskan tekad dan mengubur
masa depan yang
belum terjadi.
La Tahzan
Bagi orang yang
berpikir, berkas-berkas masa lalu akan dilipat dan tak
pernah dilihat
kembali. Cukup ditutup rapat-rapat, lalu disimpan dalam
'ruang'
penglupaan, diikat dengan tali yang kuat dalam 'penjara' pengacuhan
selamanya. Atau,
diletakkan di dalam ruang gelap yang tak tertembus
cahaya. Yang
demikian, karena masa lalu telah berlalu dan habis. Kesedihan
tak akan mampu
mengembalikannya lagi, keresahan tak akan sanggup
memperbaikinya
kembali, kegundahan tidak akan mampu merubahnya
menjadi terang,
dan kegalauan tidak akan dapat menghidupkannya kembali,
karena ia memang
sudah tidak ada.
Jangan pernah
hidup dalam mimpi buruk masa lalu, atau di bawah
payung gelap
masa silam. Selamatkan diri Anda dari bayangan masa lalu!
Apakah Anda
ingin mengembalikan air sungai ke hulu, matahari ke
tempatnya
terbit, seorok bayi ke perut ibunya, air susu ke payudara sang
ibu, dan air
mata ke dalam kelopak mata? Ingatlah, keterikatan Anda
dengan masa
lalu, keresahan Anda atas apa yang telah terjadi padanya,
keterbakaran
emosi jiwa Anda oleh api panasnya, dan kedekatan jiwa Anda
pada pintunya,
adalah kondisi yang sangat naif, ironis, memprihatinkan,
dan sekaligus
menakutkan.
Membaca kembali
lembaran masa lalu hanya akan memupuskan masa
depan,
mengendurkan semangat, dan menyia-nyiakan waktu yang sangat
berharga. Dalam
al-Qur'an, setiap kali usai menerangkan kondisi suatu kaum
dan apa saja
yang telah mereka lakukan, Allah selalu mengatakan, "Itu
adalah umat yang
lalu." Begitulah, ketika suatu perkara habis, maka selesai
pula urusannya.
Dan tak ada gunanya mengurai kembali bangkai zaman
dan memutar
kembali roda sejarah.
Orang yang
berusaha kembali ke masa lalu, adalah tak ubahnya orang
yang menumbuk
tepung, atau orang yang menggergaji serbuk kayu.
Syahdan, nenek
moyang kita dahulu selalu mengingatkan orang yang
meratapi masa
lalunya demikian: "Janganlah engkau mengeluarkan mayat-mayat
itu dari
kuburnya." Dan konon, kata orang yang mengerti bahasa binatang,
sekawanan
binatang sering bertanya kepada seekor keledai begini, "Mengapa
engkau tidak
menarik gerobak?"
"Aku benci
khayalan," jawab keledai.
Adalah bencana
besar, manakala kita rela mengabaikan masa depan
dan justru hanya
disibukkan oleh masa lalu. Itu, sama halnya dengan
kita mengabaikan
istana-istana yang indah dengan sibuk meratapi puingpuing
yang telah
lapuk. Padahal, betapapun seluruh manusia dan jin
bersatu untuk
mengembalikan semua hal yang telah berlalu, niscaya
La Tahzan
mereka tidak
akan pernah mampu. Sebab, yang demikian itu sudah
mustahil pada
asalnya.
Orang yang
berpikiran jernih tidak akan pernah melibat dan sedikitpun
menoleh ke
belakang. Pasalnya, angin akan selalu berhembus ke depan, air
akan mengalir ke
depan, setiap kafilah akan berjalan ke depan, dan segala
sesuatu bergerak
maju ke depan. Maka itu, janganlah pernah melawan sunah
kehidupan!
Hari Ini Milik
Anda
Jika kamu berada
di pagi hari, janganlah menunggu sore tiba. Hari
inilah yang akan
Anda jalani, bukan hari kemarin yang telah berlalu dengan
segala kebaikan
dan keburukannya, dan juga bukan esok hari yang belum
tentu datang.
Hari yang saat ini mataharinya menyinari Anda, dan siangnya
menyapa Anda
inilah hari Anda.
Umur Anda,
mungkin tinggal hari ini. Maka, anggaplah masa hidup
Anda hanya hari
ini, atau seakan-akan Anda dllahirkan hari ini dan akan
mati hari ini
juga. Dengan begitu, hidup Anda tak akan tercabik-cabik
diantara
gumpalan keresahan, kesedihan dan duka masa lalu dengan
bayangan masa
depan yang penuh ketidakpastian dan acapkali menakutkan.
Pada hari ini
pula, sebaiknya Anda mencurahkan seluruh perhatian,
kepedulian dan
kerja keras. Dan pada hari inilah, Anda harus bertekad
mempersembahkan
kualitas shalat yang paling khusyu', bacaan al-Qur'an
yang sarat
tadabbur, dzikir dengan sepenuh hati, keseimbangan dalam segala
hal, keindahan
dalam akhlak, kerelaan dengan semua yang Allah berikan,
perhatian
terhadap keadaan sekitar, perhatian terhadap kesehatan jiwa dan
raga, serta
perbuatan baik terhadap sesama.
Pada hari dimana
Anda hidup saat inilah sebaiknya Anda membagi
waktu dengan
bijak. Jadikanlah setiap menitnya laksana ribuan tahun dan
setiap detiknya
laksana ratusan bulan. Tanamlah kebaikan sebanyakbanyaknya
pada hari itu.
Dan, persembahkanlah sesuatu yang paling indah
untuk hari itu.
Ber-istighfar-lah atas semua dosa, ingatlah selalu kepada-
Nya,
bersiap-siaplah untuk sebuah perjalanan menuju alam keabadian, dan
nikmatilah hari
ini dengan segala kesenangan dan kebahagiaan! Terimalah
rezeki, isteri,
suami, anak-anak, tugas-tugas, rumah, ilmu, dan jabatan Anda
hari dengan
penuh keridhaan.
La Tahzan
{Maka
berpegangteguhlah dengan apa yang Aku berikan kepadamu dan hendaklah
kamu termasuk
orang yang bersyukur.}
(QS. Al-A'raf:
144)
Hiduplah hari
ini tanpa kesedihan, kegalauan, kemarahan, kedengkian
dan kebencian.
Jangan lupa,
hendaklah Anda goreskan pada dinding hati Anda satu
kalimat (bila
perlu Anda tulis pula di atas meja kerja Anda): Harimu adalah
hari ini. Yakni,
bila hari ini Anda dapat memakan nasi hangat yang harum
baunya, maka
apakah nasi basi yang telah Anda makan kemarin atau nasi
hangat esok hari
(yang belum tentu ada) itu akan merugikan Anda?
Jika Anda dapat
minum air jernih dan segar hari ini, maka mengapa
Anda harus
bersedih atas air asin yang Anda minum kemarin, atau
mengkhawatirkan
air hambar dan panas esok hari yang belum tentu terjadi?
Jika Anda
percaya pada diri sendiri, dengan semangat dan tekad yang
kuat Anda, maka
akan dapat menundukkan diri untuk berpegang pada
prinsip: aku
hanya akan hidup hari ini. Prinsip inilah yang akan menyibukkan
diri Anda setiap
detik untuk selalu memperbaiki keadaan, mengembangkan
semua potensi,
dan mensucikan setiap amalan.
Dan itu, akan
membuat Anda berkata dalam hati, "Hanya hari ini
aku
berkesempatan untuk mengatakan yang baik-baik saja. Tak berucap
kotor dan jorok
yang menjijikkan, tidak akan pernah mencela, menghardik
dan juga
membicarakan kejelekan orang lain. Hanya hari ini aku
berkesempatan
menertibkan rumah dan kantor agar tidak semrawut dan
berantakan. Dan
karena hanya ini saja aku akan hidup, maka aku akan
memperhatikan
kebersihan tubuhku, kerapian penampilanku, kebaikan tutur
kata dan tindak
tandukku."
Karena hanya
akan hidup hari ini, maka aku akan berusaha sekuat
tenaga untuk
taat kepada Rabb, mengerjakan shalat sesempurna mungkin,
membekali diri
dengan shalat-shalat sunah nafilah, berpegang teguh pada
al-Qur'an,
mengkaji dan mencatat segala yang bermanfaat.
Aku hanya akan
hidup hari ini, karenanya aku akan menanam dalam
hatiku semua
nilai keutamaan dan mencabut darinya pohon-pohon kejahatan
berikut
ranting-rantingnya yang berduri, baik sifat takabur, ujub, riya', dan
buruk sangka.
Hanya hari ini
aku akan dapat menghirup udara kehidupan, maka
aku akan berbuat
baik kepada orang lain dan mengulurkan tangan kepada
siapapun. Aku
akan menjenguk mereka yang sakit, mengantarkan jenazah,
La Tahzan
menunjukkan
jalan yang benar bagi yang tersesat, memberi makan orang
kelaparan,
menolong orang yang sedang kesulitan, membantu yang orang
dizalimi,
meringankan penderitaan orang yang lemah, mengasihi mereka
yang menderita,
menghormati orang-orang alim, menyayangi anak kecil,
dan berbakti
kepada orang tua.
Aku hanya akan
hidup hari ini, maka aku akan mengucapkan, "Wahai
masa lalu yang
telah berlalu dan selesai, tenggelamlah seperti mataharimu.
Aku tak akan
pernah menangisi kepergianmu, dan kamu tidak akan pernah
melihatku
termenung sedetik pun untuk mengingatmu. Kamu telah
meninggalkan
kami semua, pergi dan tak pernah kembali lagi."
"Wahai masa
depan, engkau masih dalam kegaiban. Maka, aku tidak
akan pernah
bermain dengan khayalan dan menjual diri hanya untuk sebuah
dugaan. Aku pun
tak bakal memburu sesuatu yang belum tentu ada, karena
esok hari
mungkin tak ada sesuatu. Esok hari adalah sesuatu yang belum
diciptakan dan
tidak ada satu pun darinya yang dapat disebutkan."
"Hari ini
milik Anda", adalah ungkapan yang paling indah dalam
"kamus
kebahagiaan". Kamus bagi mereka yang menginginkan kehidupan
yang paling
indah dan menyenangkan.
Biarkan Masa
Depan Datang Sendiri
{Telah pasti
datangnya ketetapan Allah, maka janganlah kamu meminta agar
disegerakan
(datang)nya.}
(QS. An-Nahl: 1)
Jangan pernah
mendahului sesuatu yang belum terjadi! Apakah Anda
mau mengeluarkan
kandungan sebelum waktunya dlkAhirkan, atau memetik
buah-buahan
sebelum masak? Hari esok adalah sesuatu yang belum nyata
dan dapat
diraba, belum berwujud, dan tidak memiliki rasa dan warna.
Jika demikian,
mengapa kita harus menyibukkan diri dengan hari esok,
mencemaskan
kesialan-kesialan yang mungkin akan terjadi padanya,
memikirkan
kejadian-kejadian yang akan menimpanya, dan meramalkan
bencana-bencana
yang bakal ada di dalamnya? Bukankah kita juga tidak
tahu apakah kita
akan bertemu dengannya atau tidak, dan apakah hari
esok kita itu
akan berwujud kesenangan atau kesedihan?
Yang jelas, hari
esok masih ada dalam alam gaib dan belum turun ke
bumi. Maka,
tidak sepantasnya kita menyeberangi sebuah jembatan sebelum
La Tahzan
sampai di
atasnya. Sebab, siapa yang tahu bahwa kita akan sampai atau
tidak pada
jembatan itu. Bisa jadi kita akan terhenti jalan kita sebelum
sampai ke
jembatan itu, atau mungkin pula jembatan itu hanyut terbawa
arus terlebih
dahulu sebelum kita sampai di atasnya. Dan bisa jadi pula,
kita akan sampai
pada jembatan itu dan kemudian menyeberanginya.
Dalam syariat,
memberi kesempatan kepada pikiran untuk memikirkan
masa depan dan
membuka-buka alam gaib, dan kemudian terhanyut dalam
kecemasan-kecemasan
yang baru di duga darinya, adalah sesuatu yang tidak
dibenarkan.
Pasalnya, hal itu termasuk thulul amal (angan-angan yang terlalu
jauh). Secara
nalar, tindakan itu pun tak masuk akal, karena sama halnya
dengan berusaha
perang melawan bayang-bayang. Namun ironis, kebanyakan
manusia di dunia
ini justru banyak yang termakan oleh ramalan-ramalan
tentang
kelaparan, kemiskinan, wabah penyakit dan krmjekonomi yang
kabarnya akan
menimpa mereka. Padahal, semua itu hanyalah bagian dari
kurikulum yang
diajarkan di "sekolah-sekolah setan".
{Setan
menjanjikan (menakut-nakuti) kamu dengan kemiskinan dan menyuruh
kamu berbuat
kejahatan (kikir), sedang Allah menjanjikan untukmu ampunan
daripada-Nya dan
karunia.}
(QS. Al-Baqarah:
268)
Mereka yang
menangis sedih menatap masa depan adalah yang
menyangka diri
mereka akan hidup kelaparan, menderita sakit selama
setahun, dan
memperkirakan umur dunia ini tinggal seratus tahun lagi.
Padahal, orang
yang sadar bahwa usia hidupnya berada di 'genggaman yang
lain' tentu
tidak akan menggadaikannya untuk sesuatu yang tidak ada.
Dan orang yang
tidak tahu kapan akan mati, tentu salah besar bila justru
menyibukkan diri
dengan sesuatu yang belum ada dan tak berwujud.
Biarkan hari
esok itu datang dengan sendirinya. Jangan pernah
menanyakan kabar
beritanya, dan jangan pula pernah menanti serangan
petakanya.
Sebab, hari ini Anda sudah sangat sibuk.
Jika Anda heran,
maka lebih mengherankan lagi orang-orang yang
berani menebus
kesedihan suatu masa yang belum tentu matahari terbit di
dalamnya dengan
bersedih pada hari ini. Oleh karena itu, hindarilah anganangan
yang berlebihan.
La Tahzan
Cara Mudah
Menghadapi Kritikan Pedas
Sang Pencipta
dan Pemberi rezeki Yang Maha Mulia, acapkali
mendapat cacian
dan cercaan dari orang-orang pandir yang tak berakal.
Maka, apalagi
saya, Anda dan kita sebagai manusia yang selalu terpeleset
dan salah. Dalam
hidup ini, terutama jika Anda seseorang yang selalu
memberi,
memperbaiki, mempengaruhi dan berusaha membangun, maka
Anda akan selalu
menjumpai kritikan-kritikan yang pedas dan pahit.
Mungkin pula,
sesekali Anda akan mendapat cemoohan dan hinaan dari
orang lain.
Dan mereka,
tidak akan pernah diam mengkritik Anda sebelum
Anda masuk ke
dalam liang bumi, menaiki tangga ke langit, dan berpisah
dengan mereka.
Adapun bila Anda masih berada di tengah-tengah mereka,
maka akan selalu
ada perbuatan mereka yang membuat Anda bersedih
dan meneteskan
air mata, atau membuat tempat tidur Anda selalu terasa
gerah.
Perlu diingat,
orang yang duduk di atas tanah tak akan pernah jatuh,
dan manusia
tidak akan pernah menendang anjing yang sudah mati. Adapun
mereka, marah
dan kesal kepada Anda adalah karena mungkin Anda
mengungguli
mereka dalam hal kebaikan, keilmuan, tindak tanduk, atau
harta. Jelasnya,
Anda di mata mereka adalah orang berdosa yang tak
terampuni sampai
Anda melepaskan semua karunia dan nikmat Allah yang
pada diri Anda,
atau sampai Anda meninggalkan semua sifat terpuji dan
nilai-nilai
luhur yang selama ini Anda pegang teguh. Dan menjadi orang
yang bodoh,
pandir dan tolol adalah yang mereka inginkan dari diri Anda.
Oleh sebab itu,
waspadalah terhadap apa yang mereka katakan.
Kuatkan jiwa
untuk mendengar kritikan, cemoohan dan hinaan mereka.
Bersikaplah
laksana batu cadas; tetap kokoh berdiri meski diterpa butiranbutiran
salju yang
menderanya setiap saat, dan ia justru semakin kokoh
karenanya.
Artinya, jika Anda merasa terusik dan terpengaruh oleh kritikan
atau cemoohan
mereka, berarti Anda telah meluluskan keinginan mereka
untuk mengotori
dan mencemarkan kehidupan Anda. Padahal, yang terbaik
adalah menjawab
atau merespon kritikan mereka dengan menunjukkan
akhlak yang
baik. Acuhkan saja mereka, dan jangan pernah merasa tertekan
oleh setiap
upadaya mereka untuk menjatuhkan Anda. Sebab, kritikan
mereka yang
menyakitkan itu pada hakekatnya merupakan ungkapan
penghormatan
untuk Anda. Yakni, semakin tinggi derajat dan posisi yang
Anda duduki,
maka akan semakin pedas pula kritikan itu.
La'Tahzan
Betapapun, Anda
akan kesulitan membungkam mulut mereka dan
menahan gerakan
lidah mereka. Yang Anda mampu adalah hanya mengubur
dalam-dalam
setiap kritikan mereka, mengabaikan solah polah mereka pada
Anda, dan cukup
mengomentari setiap perkataan mereka sebagaimana yang
diperintahkan
Allah,
{Katakanlah
(kepada mereka): "Matilah kamu karena kemarahanmu itu."}
(QS. Ali 'Imran:
119)
Bahkan, Anda
juga dapat 'menyumpal' mulut mereka dengan
'potongan-potongan
daging' agar diam seribu bahasa dengan cara
memperbanyak
keutamaan, memperbaiki akhlak, dan meluruskan setiap
kesalahan Anda.
Dan bila Anda ingin diterima oleh semua pihak, dicintai
semua orang, dan
terhindar dari cela, berarti Anda telah menginginkan
sesuatu yang
mustahii terjadi dan mengangankan sesuatu yang terlalu jauh
untuk
diwujudkan.
Jangan Mengharap
"Terima Kasih" dari Seseorang
Allah
menciptakan para setiap hamba agar selalu mengingat-Nya, dan
Dia
menganugerahkan rezeki kepada setiap makhluk ciptaan-Nya agar
mereka bersyukur
kepada-Nya. Namun, mereka justru banyak yang
menyembah dan
bersyukur kepada selain Dia.
Tabiat untuk
mengingkari, membangkang, dan meremehkan suatu
kenikmatan
adalah penyakit yang umum menimpa jiwa manusia. Karena
itu, Anda tak
perlu heran dan resah bila mendapatkan mereka mengingkari
kebaikan yang
pernah Anda berikan, mencampakkan budi baik yang telah
Anda tunjukkan.
Lupakan saja bakti yang telah Anda persembahkan.
Bahkan, tak usah
resah bila mereka sampai memusuhi Anda dengan sangat
keji dan
membenci Anda sampai mendarah daging, sebab semua itu mereka
lakukan adalah
justru karena Anda telah berbuat baik kepada mereka.
{Dan, mereka
tidak mencela (Allah dan Rasul-Nya) kecuali karena Allah dan
Rasul-Nya telah
melimpahkan karunia-Nya kepada mereka.}
(QS. At-Taubah:
74)
Coba Anda buka
kembali catatan dunia tentang perjalanan hidup ini!
Dalam salah satu
babnya diceritakan: syahdan, seorang ayah telah memelihara
anaknya dengan
baik. la memberinya makan, pakaian dan minum,
mendidikanya
hingga menjadi orang pandai, rela tidak tidur demi anaknya,
La Tahzan
rela untuk tidak
makan asal anaknya kenyang, dan bahkan, mau bersusah
payah agar
anaknya bahagia. Namun apa lacur, ketika sudah berkumis lebat
dan kuat
tulang-tulangnya, anak itu bagaikan anjing galak yang selalu
menggonggong
kepada orang tuanya. la tak hanya berani menghina, tetapi
juga melecehkan,
acuh tak acuh, congkak, dan durhaka terhadap orang
tuanya. Dan
semua itu, ia tunjukkan dengan perkataan dan juga tindakan.
Karena itu,
siapa saja yang kebaikannya diabaikan dan dilecehkan
oleh orang-orang
yang menyalahi fitrahnya, sudah seyogyanya menghadapi
semua itu dengan
kepala dingin. Dan, ketenangan seperti itu akan
mendatangkan
balasan pahala dari Dzat Yang perbendaharaan-Nya tidak
pernah habis dan
sirna.
Ajakan ini bukan
untuk menyuruh Anda meninggalkan kebaikan yang
telah Anda
lakukan selama ini, atau agar Anda sama sekali tidak berbuat
baik kepada
orang lain. Ajakan ini hanya ingin agar Anda tak goyah dan
terpengaruh
sedikitpun oleh kekejian dan pengingkaran mereka atas semua
kebaikan yang
telah Anda perbuat. Dan janganlah Anda pernah bersedih
dengan apa saja
yang mereka perbuat.
Berbuatlah
kebaikan hanya demi Allah semata, maka Anda akan
menguasai
keadaan, tak akan pernah terusik oleh kebencian mereka, dan
tidak pernah
merasa terancam oleh perlakuan keji mereka. Anda harus
bersyukur kepada
Allah karena dapat berbuat baik ketika orang-orang di
sekitar Anda
berbuat jahat. Dan, ketahuilah bahwa tangan di atas itu lebih
baik dari tangan
yang di bawah.
{Sesungguhnya
kami memberi makanan kepadamu hanyalah untuk
mengharapkan
keridhaan Allah. Kami tidak mengharapkan balasan dari kamu
dan tidak pula
(ucapan) terima kasih.}
(QS. Al-Insan:
9)
Masih banyak
orang berakal yang sering hilang kendali dan menjadi
kacau pikiranya
saat menghadapi kritikan atau cercaan pedas dari orang-
orang
sekitarnya. Terkesan, mereka seolah-olah belum pernah mendengar
wahyu Ilahi yang
menjelaskan dengan gamblang tentang perilaku golongan
manusia yang
selalu mengingkari Allah. Dalam wahyu itu dikatakan:
{Tetapi setelah
Kami hilangkan bahaya itu daripadanya, dia (kembali) melalui
(jalannya yang
sesat), seolah-olah dia tidak pernah berdoa kepada Kami untuk
(menghilangkan)
bahaya yang telah menimpanya. Begitulah orang-orang yang
melampaui batas
itu memandang baik apa yang selalu mereka kerjakan.}
(QS. Yunus: 12)
La Tahzan
Anda tak perlu
terkejut manakala menghadiahkan sebatang pena
kepada orang
bebal, lalu ia memakai pena itu untuk menulis cemoohan
kepada Anda. Dan
Anda tak usab kaget, bila orang yang Anda beri tongkat
untuk menggiring
domba gembalaannya justru memukulkan tongkat itu ke
kepala Anda. Itu
semua adalah watak dasar manusia yang selalu mengingkari
dan tak pernah
bersyukur kepada Penciptanya sendiri Yang Maha Agung
nan Mulia.
Begitulah, kepada Tuhannya saja mereka berani membangkang
dan mengingkari,
maka apalagi kepada saya dan Anda.
Berbuat Baik
Terhadap Orang Lain,
Melapangkan Dada
Kebajikan itu
sebajik namanya, keramahan seramah wujudnya, dan
kebaikan sebaik
rasanya. Orang-orang yang pertama kali akan dapat
merasakan
manfaat dari semua itu adalah mereka yang melakukannya.
Mereka akan
merasakan "buah"nya seketika itu juga dalam jiwa, akhlak,
dan nurani
mereka. Sehingga, mereka pun selalu lapang dada, tenang,
tenteram dan
damai.
Ketika diri Anda
diliputi kesedihan dan kegundahan, berbuat baiklah
terhadap sesama
manusia, niscaya Anda akan mendapatkan ketentraman
dan kedamaian hati.
Sedekahilah orang yang papa, tolonglah orang-orang
yang terzalimi,
ringankan beban orang yang menderita, berilah makan orang
yang kelaparan,
jenguklah orang yang sakit, dan bantulah orang yang
terkena musibah,
niscaya Anda akan merasakan kebahagiaan dalam semua
sisi kehidupan
Anda!
Perbuatan baik
itu laksana wewangian yang tidak hanya mendatangkan
manfaat bagi
pemakainya, tetapi juga orang-orang yang berada di sekitarnya.
Dan manfaat
psikologis dari kebajikan itu terasa seperti obat-obat manjur
yang tersedia di
apotik orang-orang yang berhati baik dan bersih.
Menebar senyum
manis kepada orang-orang yang "miskin akhlak"
merupakan
sedekah jariyah. Ini, tersirat dalam tuntunan akhlak yang
berbunyi,
"... meski engkau hanya menemui saudaramu dengan wajah berseri."
(Al-Hadits)
Sedang kemuraman
wajah merupakan tanda permusuhan sengit
terhadap orang
lain yang hanya diketahui terjadinya oleh Sang Maha Gaib.
La 'Tahzan
Seteguk air yang
diberikan seorang pelacur kepada seekor anjing yang
kehausan dapat
membuahkan surga yang luasnya seluas langit dan bumi.
Ini merupakan
bukti bahwa Sang Pemberi pahala adalah Dzat Yang Maha
Pemaaf, Maha
Baik dan sangat mencintai kebajikan, serta Maha Kaya lagi
Maha Terpuji.
Wahai
orang-orang yang merasa terancam oleh himpitan kesengsaraan,
kecemasan dan
kegundahan hidup, kunjungilah taman-taman kebajikan,
sibukkan diri
kalian dengan memberi, mengunjungi, membantu, menolong,
dan meringankan
beban sesama. Dengan semua itu, niscaya kalian akan
mendapatkan
kebahagiaan dalam semua sisinya; rasa, warna, dan juga
hakekatnya.
{Padahal tidak
ada seorang pun memberikan suatu nikmat kepadanya yang harus
dibalasnya.
Tetapi (dia memberikan itu semata-mata) karena mencari keridhaan
Rabb-nya Yang
Maha Tinggi. Dan kelak dia benar-benar mendapat kepuasan.}
(QS. Al-Lail:
19-21)
Isi Waktu Luang
Dengan Berbuat!
Orang-orang yang
banyak menganggur dalam hidup ini, biasanya akan
menjadi penebar
isu dan desas desus yang tak bermanfaat. Itu karena akal
pikiran mereka
selalu melayangdayang tak tahu arah. Dan,
{Mereka rela
berada bersama orang-orang yang tidak pergi berperang.}
(QS. At-Taubah:
87)
Saat paling
berbahaya bagi akal adalah manakala pemiliknya
menganggur dan
tak berbuat apa-apa. Orang seperti itu, ibarat mobil yang
berjalan dengan
kecepatan tinggi tanpa sopir, akan mudah oleng ke kanan
dan ke kiri.
Bila pada suatu
hari Anda mendapatkan diri Anda menganggur tanpa
kegiatan,
bersiaplah untuk bersedih, gundah, dan cemas! Sebab, dalam
keadaan kosong
itulah pikiran Anda akan menerawang ke mana-mana;
mulai dari
mengingat kegelapan masa lalu, menyesali kesialan masa kini,
hingga
mencemaskan kelamnya masa depan yang belum tentu Anda alami.
Dan itu, membuat
akal pikiran Anda tak terkendali dan mudah lepas kontrol.
Maka dari itu,
saya nasehatkan kepada Anda dan diriku sendiri bahwa
mengerjakan
amalan-amalan yang bermanfaat adalah lebih baik daripada
La Tahzan
terlarut dalam
kekosongan yang membinasakan. Singkatnya, membiarkan
diri dalam
kekosongan itu sama halnya dengan bunuh diri dan merusak
tubuh dengan
narkoba.
Waktu kosong itu
tak ubahnya dengan siksaan halus ala penjara Cina;
meletakkan si
narapidana di bawah pipa air yang hanya dapat meneteskan
air satu tetes
setiap menit selama bertahun-tahun. Dan dalam masa
penantian yang
panjang itulah, biasanya seorang napi akan menjadi stres
dan gila.
Berhenti dari
kesibukan itu kelengahan, dan waktu kosong adalah
pencuri yang
culas. Adapun akal Anda, tak lain merupakan mangsa empuk
yang siap
dicabik-cabik oleh ganasnya terkaman kedua hal tadi; kelengahan
dan si
"pencuri".
Karena itu
bangkitlah sekarang juga. Kerjakan shalat, baca buku,
bertasbih,
mengkaji, menulis, merapikan meja kerja, merapikan kamar, atau
berbuatlah
sesuatu yang bermanfaat bagi orang lain untuk mengusir
kekosongan itu!
Ini, karena aku ingin mengingatkan Anda agar tidak
berhenti sejenak
pun dari melakukan sesuatu yang bermanfaat.
Bunuhlah setiap
waktu kosong dengan 'pisau' kesibukan! Dengan
cara itu,
dokter-dokter dunia akan berani menjamin bahwa Anda telah
mencapai 50%
dari kebahagiaan. Lihatlah para petani, nelayan, dan para
kuli bangunan!
Mereka dengan ceria mendendangkan lagu-lagu seperti
burung-burung di
alam bebas. Mereka tidak seperti Anda yang tidur di
atas ranjang
empuk, tetapi selalu gelisah dan menyeka air mata
kesedihan.
Jangan Latah!
Yakni, jangan
mudah mengenakan dan meniru-meniru ciri kepribadian
umat lain.
Karena, itu akan menjadi petaka yang tak mudah reda bagimu.
Orang-orang yang
lupa dengan dirinya sendiri, suaranya, gerakan tubuhnya,
ucapannya,
kemampuannya, dan kondisinya sendiri, kebanyakan akan
meniru-niru
budaya bangsa lain. Dan itulah yang disebut dengan latah,
mengada-ada,
berpura-pura, dan membunuh paksa bentuk dan wujud
dirinya sendiri.
Sejak zaman Nabi
Adam hingga makhluk terakhir ciptaan Allah, tak
pernah ada dua
orang yang sama persis rupanya. Maka, mengapa masih ada
La Tahzan
orang-orang yang
memaksa diri untuk menyamakan perilaku dan
kepribadiannya
dengan bangsa lain?
Anda merupakan
sesuatu yang lain daripada yang lain. Tak ada seorang
pun yang
menyerupai Anda dalam catatan sejarah kehidupan ini. Belum
pernah ada
seorang pun yang diciptakan sama dengan Anda, dan tidak
akan pernah ada
orang yang akan serupa dengan Anda di kemudian hari.
Anda sama sekali
berbeda dari Zaid dan Amr. Karenanya, jangan
memaksakan diri
untuk berbuat latah dan meniru-niru kepribadian orang
lain!
Tetaplah berpijak
dan berjalan pada kondisi dan karakter Anda sendiri.
{Sungguh,
tiap-tiap suku telah mengetahui tempat minumnya (masing-masing).}
(QS. Al-Baqarah:
60)
{Dan, bagi
tiap-tiap umat ada kiblatnya (sendiri) yang ia menghadap kepadanya.
Maka,
berlomba-hmbalah kamu (dalam berbuat) kebaikan.}
(QS. Al-Baqarah:
148)
Hiduplah
sebagaimana Anda diciptakan; jangan mengubah suara,
menganti
intonasinya, dan jangan pula merubah cara berjalan Anda!
Tuntunlah diri
Anda dengan wahyu Ilahi, tetapi juga jangan melupakan
kondisi Anda dan
membunuh kemerdekaan Anda sendiri.
Anda memiliki
corak dan warna tersendiri. Dan kami menginginkan
agar Anda tetap
seperti itu; dengan corak dan warna Anda sendiri. Sebab
Anda memang
diciptakan demikian adanya. Kami mengenal Anda seperti
itu, maka jangan
pernah latah dengan meniru-niru orang lain.
Umat manusia —
dengan pelbagai macam tabiat dan wataknya —
seperti alam
tumbuhan: ada yang manis dan asam, dan ada yang panjang
dan pendek. Dan
seperti itulah seharusnya umat manusia. Jika Anda seperti
pisang, Anda tak
perlu mengubah diri menjadi jambu, sebab harga dan
keindahan Anda
akan tampak jika Anda menjadi pisang.
Begitulah,
sesungguhnya perbedaan warna kulit, bahasa, dan
kemampuan kita
masing-masing merupakan tanda-tanda kebesaran Sang
Maha Pencipta.
Karena itu, jangan sekali-kali mengingkari tanda-tanda
kebesaran-Nya.
La Tahzan
Qadha' dan Qadar
{Tiada suatu
bencana yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri,
melainkan dia
telah tertulis dalam kitab (Lauh Mahfuzh) sebelum Kami
menciptakannya.}
(QS. Al-Hadid:
22)
Tinta pena telah
mengering, lembaran-lembaran catatan ketentuan
telah disimpan,
setiap perkara telah diputuskan dan takdir telah ditetapkan.
Maka,
{Katakanlah:
"Sekali-kali tidak akan menimpa kami, melainkan apa yang telah
ditetapkan oleh
Allah bagi kami."}
(QS. At-Taubah:
51)
Apa yang membuat
Anda benar, maka tak akan membuat Anda salah.
Sebaliknya, apa
yang membuat Anda salah, maka tidak akan membuat Anda
benar.
Jika keyakinan
tersebut tertanam kuat pada jiwa Anda dan kukuh
bersemayam dalam
hati Anda, maka setiap bencana akan menjadi karunia,
setiap ujian
menjadi anugerah, dan setiap peristiwa menjadi penghargaan
dan pahala.
"Barangsiapa
yang oleh Allah dikehendaki menjadi baik maka ia akan diuji
oleh-Nya."
(Al Hadits)
Karena itu,
jangan pernah merasa gundah dan bersedih dikarenakan
suatu penyakit,
kematian yang semakin dekat, kerugian harta, atau rumah
terbakar.
Betapapun, sesungguhnya Sang Maha Pencipta telah menentukan
segala
sesuatunya dan takdir telah bicara. Usaha dan upaya dapat
sedemikian rupa,
tetapi hak untuk menentukan tetap mutlak milik Allah.
Pahala telah
tercapai, dan dosa sudah terhapus. Maka, berbahagialah
orang-orang yang
tertimpa musibah atas kesabaran dan kerelaan mereka
terhadap Yang
Maha Mengambil, Maha Pemberi, Maha Mengekang lagi
Maha Lapang.
{Dia tidak
ditanya tentang apa yang diperbuat-Nya dan merekalah yang akan
ditanyai.}
(QS. Al-Anbiya:
23)
Syaraf-syaraf
Anda akan tetap tegang, kegundahan jiwa Anda tak akan
reda, dan
kecemasan di dada Anda tak akan pernah sirna, sebelum Anda
benar-benar
beriman terhadap qadha' dan qadar.
17
La Tahzan
Tinta pena telah
mengering bersamaan dengan semua hal yang akan
Anda temui.
Maka, jangan biarkan diri Anda larut kesedihan. Jangan mengira
diri Anda
sanggup melakukan segala upaya untuk menahan tembok yang
akan runtuh,
membendung air yang akan meluap, menahan angin agar tak
bertiup, atau
memelihara kaca agar tak pecah. Adalah tak benar bila semua
itu dapat
terjadi dengan paksaanku dan paksaanmu, karena apa yang telah
digariskan akan
terjadi. Setiap ketentuan akan berjalan dan semua keputusan
akan terlaksana.
Demikianlah "orang bebas memilih; boleh percaya dan tidak"
Anda harus
menyerahkan semua hal kepada takdir agar tak ditindas
oleh bala
tentara kebencian, penyesalan dan kebinasaan. Dan, percayalah
dengan kebenaran
qadha' sebelum Anda dilanda banjir penyesalan! Dengan
begitu, jiwa
Anda akan tetap tenang menjalani segala daya upaya dan cara
yang memang
harus ditempuh. Dan bila kemudian terjadi hal-hal yang tidak
Anda inginkan,
maka itu pun merupakan bagian dari ketentuan yang memang
harus terjadi.
Jangan pula pernah berandai, "Seandainya saja aku melakukan
seperti ini,
niscaya akan begini dan begini jadinya." Tapi katakanlah, "Allah
telah
menakdirkan, dan
apa yang Dia kehendaki akan Dia lakukan." (Al-Hadits)
Bersama
Kesulitan Ada Kemudahan
Wahai manusia,
setelah lapar ada kenyang, setelah haus ada kepuasan,
setelah begadang
ada tidur pulas, dan setelah sakit ada kesembuhan. Setiap
yang hilang
pasti ketemu, dalam kesesatan akan datang petunjuk, dalam
kesulitan ada
kemudahan, dan setiap kegelapan akan terang benderang.
{Mudah-mudahan
Allah akan mendatangkan kemenangan (kepada Rasul-Nya)
atau sesuatu
keputusan dari sisi-Nya.}
(QS. Al-Maidah:
52)
Sampaikan kabar
gembira kepada malam hari bahwa sang fajar pasti
datang
mengusirnya dari puncak-puncak gunung dan dasar-dasar lembah.
Kabarkan juga
kepada orang yang dilanda kesusahan bahwa, pertolongan
akan datang
secepat kelebatan cahaya-dan kedipan mata. Kabarkan juga
kepada orang
yang ditindas bahwa kelembutan dan dekapan hangat akan
segera tiba.
Saat Anda
melihat hamparan padang sahara yang seolah memanjang
tanpa batas,
ketahuilah bahwa di balik kejauhan itu terdapat kebun yang
rimbun penuh
hijau dedaunan.
La Tahzan
Ketika Anda
melihat seutas tali meregang kencang, ketahuilah bahwa,
tali itu akan
segera putus.
Setiap tangisan
akan berujung dengan senyuman, ketakutan akan
berakhir dengan
rasa aman, dan kegelisahan akan sirna oleh kedamaian.
Kobaran api
tidak mampu membakar tubuh Nabi Ibrahim a.s. Dan itu,
karena
pertolongan Ilahi membuka "jendela" seraya berkata:
{Hai api menjadi
dinginlah dan menjadi keselamatanlah bagi Ibrahim.}
(QS. Al-Anbiya':
69)
Lautan luas tak
kuasa menenggelamkan Kalimur Rahman (Musa a.s).
Itu, tak lain
karena suara agung kala itu telah bertitah,
{Sekali-kali
tidak akan tersusul. Sesungguhnya, Rabb-ku besertaku, kelak Dia
akan memberi
petunjuk kepadaku.}
(QS.
Asy-Syu'ara:: 62)
Ketika
bersembunyi dari kejaran kaum kafir dalam sebuah gua, Nabi
Muhammad s.a.w.
yang ma'shum mengabarkan kepada Abu Bakar bahwa
Allah Yang Maha
Tunggal dan Maha Tinggi ada bersama mereka. Sehingga,
rasa aman,
tenteram dan tenang pun datang menyelimuti Abu Bakar.
Mereka yang
terpaku pada waktu yang terbatas dan pada kondisi yang
(mungkin) sangat
kelam, umumnya hanya akan merasakan kesusahan,
kesengsaraan,
dan keputusasaan dalam hidup mereka. Itu, karena mereka
hanya menatap
dinding-dinding kamar dan pintu-pintu rumah mereka.
Padahal, mereka
seharusnya menembuskan pandangan sampai ke belakang
tabir dan
berpikir lebih jauh tentang hal-hal yang berada di luar pagar
rumahnya.
Maka dari itu,
jangan pernah merasa terhimpit sejengkalpun, karena
setiap keadaan
pasti berubah. Dan sebaik-baik ibadah adalah menanti
kemudahan dengan
sabar. Betapapun, hari demi hari akan terus bergulir,
tahun demi tahun
akan selalu berganti, malam demi malam pun datang
silih berganti.
Meski demikian, yang gaib akan tetap tersembunyi, dan Sang
Maha Bijaksana
tetap pada keadaan dan segala sifat-Nya. Dan Allah
mungkin akan
menciptakan sesuatu yang baru setelah itu semua. Tetapi
sesungguhnya,
setelah kesulitan itu tetap akan muncul kemudahan.
La Tahzan
Jadikan Buah
Lemon Itu Minuman yang Manis!
Orang cerdik
akan berusaha merubah kerugian menjadi keuntungan.
Sedangkan orang
bodoh akan membuat suatu musibah menjadi bertumpuk
dan berlipat
ganda.
Ketika
Rasulullah s.a.w. diusir dari Makkah, beliau memutuskan untuk
menetap di
Madinah dan kemudian berhasil membangunnya menjadi sebuah
negara yang
sangat akrab di telinga dan mata sejarah.
Ahmad ibn Hanbal
pernah dipenjara dan dihukum dera, tetapi
karenanya pula
ia kemudian menjadi imam salah satu madzhab. Ibnu
Taimiyyah pernah
di penjara, tetapi justru di penjara itulah ia banyak
melahirkan
karya. As-Sarakhsi pernah dikurung di dasar sumur selama
bertahun-tahun,
tetapi di tempat itulah ia berhasil mengarang buku
sebanyak dua
puluh jilid. Ketika Ibnul-Atsir dipecat dari jabatannya, ia
berhasil
menyelesaikan karya besarnya yang berjudul Jami'ul Ushul dan
an-Nihayah,
salah satu buku paling terkenal dalam hadits. Demikian halnya
dengan
Ibnul-Jawzy, ia pernah diasingkan dari Baghdad, dan karena itu
ia menguasai
qiraah sab'ah. Malik ibn ar-Raib adalah penderita suatu
penyakit yang
mematikan, namun ia mampu melahirkan syair-syair yang
sangat indah dan
tak kalah dengan karya-karya para penyair besar zaman
Abbasiyah. Lalu,
ketika semua anak Abi Dzuaib al-Hudzali mati
meninggalkannya
seorang diri, ia justru mampu menciptakan nyanyiannyanyian
puitis yang
mampu membekam mulut zaman, membuat setiap
pendengarnya
tersihir, memaksa sejarah untuk selalu bertepuk tangan
saat
mendengarnya kembali.
Begitulah,
ketika tertimpa suatu musibah, Anda harus melihat sisi yang
paling terang
darinya. Ketika seseorang memberi Anda segelas air lemon,
Anda perlu
menambah sesendok gula ke dalamnya. Ketika mendapat hadiah
seekor ular dari
orang, ambil saja kulitnya yang mahal dan tinggalkan bagian
tubuhnya yang
lain. Ketika disengat kala jengking, ketahuilah bahwa
sengatan itu
sebenarnya memberikan kekebalan pada tubuh Anda dari
bahaya bisa
ular.
Kendalikan diri
Anda dalam berbagai kesulitan yang Anda hadapi!
Dengan begitu,
Anda akan dapat mempersembahkan bunga mawar dan
melati yang
harum kepada kami. Dan,
{Boleh jadi kamu
membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu.}
(QS. Al-Baqarah:
216)
No comments:
Post a Comment